PERAHU PANGANDARAN MELAJU DI BANDUNG

Friday, July 4, 2008

     Ini bukan omong kosong, apalagi karang-mengarang. Peristiwanya benar-benar terjadi kemarin, Kamis (17/8). Ceritanya di Bandung, tepatnya di sekitar Jalan Diponegoro, yang kala itu dipenuhi ribuan orang yang saling berebut ingin menyaksikan secara dekat acara Pawai Kendaraan Berhias, dalam rangka  memperingati HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke 61.
    Awalnya sekitar pukul 12.00 seusai para peserta helaran budaya dari berbagai kota di Jawa Barat menunjukkan kreasinya di depan pejabat antara lain Gubernur Jawa Barat, Danny Setiawan dan Kapolda Jabar Irjen Pol Paiman.
    Saat itu tibalah waktu konvoi para pengendara motor dari berbagai komunitas di Kota Kembang. Setelah sekira seratus motor jenis vespa, trail dan lain sebagainya bergiliran rapih melintas di jalan itu, tak dinyana hampir seluruh pengunjung terhenyak saat melihat dari jarak agak jauh melaju dua perahu yang berjalan perlahan bergoyang-goyang mendekati mereka. Tampak satu di antara dua perahu itu di sisi kanan depan badannya tertulis "Bumi bergetar, kami tak gentar", dan sisi belakangnya terbaca "Walau tsunami menerjang, semangat 45 tetap menjulang". Sementara di sisi kiri depannya tertulis "Save and See Us dan juga "Kami Nelayan Pangandaran". Perahu itu dikemudikan seorang lelaki berbaju hitam dengan rokok dijepit kedua bibirnya. Sementara di belakangnya duduk dua rekannya yang "ngaggoak-goak" layaknya suara bayi kelaparan minta susu pada ibunya.
     Namun, beberapa saat kemudian setelah perahu itu semakin mendekat, pengunjung termasuk gubernur dan para pejabat pun tersenyum. Bahkan, seorang pengunjung yang berdiri di dekat Tribun sampai berkata," ah, sugan teh bener parahu (disangka benar perahu, red)."
     Ternyata, perahu itu bukan asli, alias palsu atau jadi-jadian. Kendaraan air itu cuma jelmaan dari motor jenis vespa tahun 76 yang dihias menyerupai perahu. Meski terhitung pendek untuk ukuran perahu di lautan (panjang sekitar 3 meter dan lebar 1,20 meter), namun bentuk lengkungan sisi depan, tengah dan sisi belakangnya yang berbahan bambu dibungkus kertas duplek itu begitu menyerupai kendaraan laut sebagaimana biasanya.
     Adalah para anggota Vespa Antique Club (VAC) Bandung Selatan yang punya ide membuat perahu itu. Diilhami kunjungan VAC ke Parigi, Pangandaran, beberapa waktu lalu untuk memberikan sumbangan kepada para korban gempa dan tsunami di sana, mereka pun sepakat menghias motor vespa yang bertema Pangandaran saat diundang meramaikan acara pawai oleh panitia HUT Kemerdekaan RI ke 61.
     "Kami hanya ingin sekadar mengingatkan pada warga Bandung tentang bencana itu," kata salah satu pengurus VAC Bandung Selatan, Jerry Robert kepada penulis.
     Untuk mewujudkan keinginan itu, Jerry bersama rekan-rekannya lantas merancang gambar perahu agar bisa klop dengan kendaraan jenis vespa. Kebetulan, kata Jerry, dua anggotanya memiliki vespa yang sudah dimodifikasi menjadi panjangnya sekitar 2,8 meter dari aslinya yang hanya berukuran sekira 1,2 meter.
     "Kita jadi lebih enak membuat rancangan perahunya. Sebab, kalau pake motor yang masih asli, pasti perahu itu jadi kependekan. Tidak enak untuk dilihat," kata Jerry.
     Setelah dirancang dan kemudian belanja berbagai bahan dari mulai bambu, paku, kertas duplek,lem sampai kertas minyak untuk penghias bendera yang menghabiskan biaya sekitar 400 ribu, mereka kemudian bekerja bergantian siang malam selama tiga hari berturut-turut.Semua itu dikerjakan di markas VAC Bandung Selatan, di Jalan Perikanan, Inhoftank, Bandung.
     Menurut pria berusia 33 tahun itu, meski ada kekurangan di sana-sini dari rancangan semula, namun dia dan rekan-rekannya mengaku puas."Apalagi orang-orang terlihat antusias melihat karya kami," katanya lagi.
    Lalu, bagaimana dengan perahu jadi-jadian satunya lagi yang tidak mengambil tema tentang Pangandaran, tapi Sungai Cikapundung?
     Untuk yang satu itu, kata Jerry, rekan-rekannya berpendapat bahwa warga Bandung pun perlu diingatkan akan masalah kotanya. Apalagi, dia banyak mendengar pemerintah kota Bandung telah banyak mengeluarkan biaya berkenaan dengan upayanya untuk membuat Sungai Cikapundung menjadi tempat wisata.
     "Sebagai warga Bandung, tentu kami peduli juga dengan masalah ini," Kata Jerry mengakhiri obrolan.
(Rochmat Darodjat)

0 komentar:

Post a Comment

Your comment

About This Blog

  © Blogger template The Beach by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP