PENTAS KEPALA-KEPALA ANEH DI CCF
Tuesday, June 24, 2008
Matanya terlalu menonjol untuk ukuran manusia normal. Bentuknya lebih mirip hidung boneka pinokio ciptaan Papa Gepeto. Bersayap lagi di kedua pinggangnya. Tubuhnya membungkuk, ditopang dua kaki binatang kuda.
Sementara yang lain, kedua telinganya menghilang diganti sayap sayap di kanan-kiri wajahnya. Tepat di tengah jidatnya, satu tanduk binatang menjulang ke langit.
“Matanya itu sudah seperti radar. Bahkan dipaksa harus bisa menembus dinding penghalang. Sementara sayap dan kaki-kaki kuda membuat gerakan dan responnya semakin cepat tiada tara,” jelas Jamparing.
“Kalau tanduk menjadikannya lebih garang. Sedikit saja disentil, ngeng...berubah galak seperti macan.”
Drawing berjudul Mesin Penghancur Massal 4 dan Blast itu merupakan hasil karya seniman Armandjamparing yang sedang dipamerkan di Galeri Esp`Art Centre Culturel Français (CCF),Bandung . Pameran tunggal bertajuk "Blast" itu menampilkan 26 drawing pada media kanvas dan beberapa dari kertas berukuran 1,5 X 1,40 meter dan 35 X 40 centimeter. Pameran itu sendiri akan berakhir sampai 16 Juni mendatang.
Seperti juga gelar-gelar karya sebelumnya, seniman kelahiran Garut 35 tahun lalu itu selalu menampilkan imaji kepala manusia dalam karyanya sebagai curahan kreatifitas sekaligus perwujudan idealismenya terhadap dunia nyata.
“Kepala adalah dasar dari ego manusia. Keinginan merusak, membunuh dan lain sebagainya semua berasal dari kepala,” jelas Armandjamparing kepada Tribun tentang alasannya memilih kepala manusia.
Bisa jadi, karena itulah di tangan pelukis yang juga pegiat teater dan aktor performance art itu, kepala manusia bisa menjelma dalam berbagai bentuknya. Ada kepala dengan satu mata di jidat yang bisa berputar seperti gasing, ada kepala yang tersambung selang menuju lambang nuklir bio hazard, juga ada kepala berbentuk tank baja dengan moncong di atas, dan masih banyak yang lainnya.
Perpaduan yang tidak lazim antara kepala manusia dengan unsur-unsur mesin modern itulah yang menjadikan karya-karya Armandjamparing tak seindah drawing atau lukisan dengan subjek wanita-wanita cantik seperti monalisa atau putri indonesia.
“Manusia dalam karya-karyanya sama sekali jauh dari kesan beauty, melainkan lebih dekat dengan kesan ugly,” kata peminat seni yang juga sastrawan, Hawe Setiawan, dalam pengantar pameran.
“Citra yang timbul terasa seram, ngeri, juga nyeri.” (Rochmat Darodjat)
Sementara yang lain, kedua telinganya menghilang diganti sayap sayap di kanan-kiri wajahnya. Tepat di tengah jidatnya, satu tanduk binatang menjulang ke langit.
“Matanya itu sudah seperti radar. Bahkan dipaksa harus bisa menembus dinding penghalang. Sementara sayap dan kaki-kaki kuda membuat gerakan dan responnya semakin cepat tiada tara,” jelas Jamparing.
“Kalau tanduk menjadikannya lebih garang. Sedikit saja disentil, ngeng...berubah galak seperti macan.”
Drawing berjudul Mesin Penghancur Massal 4 dan Blast itu merupakan hasil karya seniman Armandjamparing yang sedang dipamerkan di Galeri Esp`Art Centre Culturel Français (CCF),
Seperti juga gelar-gelar karya sebelumnya, seniman kelahiran Garut 35 tahun lalu itu selalu menampilkan imaji kepala manusia dalam karyanya sebagai curahan kreatifitas sekaligus perwujudan idealismenya terhadap dunia nyata.
“Kepala adalah dasar dari ego manusia. Keinginan merusak, membunuh dan lain sebagainya semua berasal dari kepala,” jelas Armandjamparing kepada Tribun tentang alasannya memilih kepala manusia.
Bisa jadi, karena itulah di tangan pelukis yang juga pegiat teater dan aktor performance art itu, kepala manusia bisa menjelma dalam berbagai bentuknya. Ada kepala dengan satu mata di jidat yang bisa berputar seperti gasing, ada kepala yang tersambung selang menuju lambang nuklir bio hazard, juga ada kepala berbentuk tank baja dengan moncong di atas, dan masih banyak yang lainnya.
Perpaduan yang tidak lazim antara kepala manusia dengan unsur-unsur mesin modern itulah yang menjadikan karya-karya Armandjamparing tak seindah drawing atau lukisan dengan subjek wanita-wanita cantik seperti monalisa atau putri indonesia.
“Manusia dalam karya-karyanya sama sekali jauh dari kesan beauty, melainkan lebih dekat dengan kesan ugly,” kata peminat seni yang juga sastrawan, Hawe Setiawan, dalam pengantar pameran.
“Citra yang timbul terasa seram, ngeri, juga nyeri.” (Rochmat Darodjat)
0 komentar:
Post a Comment